Wisata Kemilau Desa Surau


Suasana Masuk Menuju Desa Surau

Kalian boleh sepakat ataupun tidak bila ada pernyataan bahwa desa merupakan salah satu kawasan alternatif berwisata saat ini. Mengapa demikian? tentu saja alasannya karena, desa banyak menawarkan pengalaman berwisata yang berbeda dari kota. Desa tidak lagi dianalogikan sebagai kawasan tertinggal. Malahan saat ini banyak juga desa wisata baru yang bermunculan bahkan dikategorikan sebagai desa kaya dengan banyak sekali potensi wisata. Salah satu desa yang akan diceritakan pada tulisan ini adalah Desa Surau. Ketika kalian mendengar kata Surau, tentu saja kata ini menjadi tidak asing ditelinga. Surau sendiri berarti musala kecil atau langgar (tempat orang menunaikan ibadah shalat). Nama Surau sendiri memang berarti musala, karena dulunya tempat ini memang memiliki surau atau musala yang dibangun di kantor desa saat ini. Namun karena penduduk yang semakin bertambah, maka bangunan Surau tersebut berubah fungsi menjadi kantor desa. Sedangkan untuk ibadah shalat, maka penduduk sudah membangun sebuah masjid yang letaknya juga tidak jauh dari balai desa. Jika kalian bertanya, apa potensi desa ini? maka jawabannya banyak, diantaranya : 

Danau Biru, Air terjun Tujuh  Tingkat, Lubuk V,  Jembatan Gantung, serta Sumber Air Panas. Meskipun untuk menjangkau beberapa kawasan wisata, memerlukan usaha ekstra :). Desa ini terletak di Kecamatan Taba Penanjung, dari pinggir jalan utama menuju Curup, kalian akan menemukan papan informasi bertuliskan "Objek Wisata Kemilau Surau". Untuk menuju ke lokasi wisata, kita perlu masuk dari jalan utama kurang lebih sekitar 1 Km. Bila kalian melakukan perjalanan dari Kota Bengkulu, maka setidaknya kalian membutuhkan waktu sekitar 1 jam dengan menggunakan kendaraan seperti motor ataupun mobil untuk sampai ke desa ini. Tanda awal telah sampai ke lokasi desa ialah, ketika pengunjung melewati jembatan yang dibawahnya mengalir sungai jernih. Kita akan disambut dengan papan informasi bertuliskan "Selamat Teko Nek Sadei Surau" yang berarti selamat datang di Desa Surau. Papan informasi ini cukup menarik, karena menggunakan bahasa Rejang sebagai identitas Suku Rejang yang merupakan suku mayoritas di desa ini. Perlu diketahui, papan informasi tersebut merupakan hibah  kerjasama kemitraan desa antara Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Bengkulu dengan Desa Surau. Kerjasama kemitraan ini sendiri telah dirintis sejak tahun 2020.                                          


Setelah melewati papan nama desa, maka kita bisa langsung menuju ke kawasan wisata terdekat, yakni Lubuk V. Nah, disebut V sendiri lantaran terdapat Sungai yang memiliki lubuk, serta di atas lubuk tersebut memiliki batu napal yang terbelah membentuk huruf “V”. Kita bisa berfoto di jembatang gantung yang berwarna warni yang menjadi penghubung sungai tersebut ke area persawahan warga.
Berfoto di Ikon Lubuk V Desa Surau

Jembatan Gantung Warna Desa Surau

Di area jembatan tersebut terdapat papan bertuliskan Kemilau Surau serta Tanda Lubuk V yang menjadi ikon desa. Hamparan sawah, gunung serta ditambah dengan suara air mengalir dari sungai, menambah indahnya suasana. Pengunjung dipersilahkan untuk menyusuri pematang air yang ada di sepanjang sawah. 
Selain Lubuk V, pengunjung juga dapat menikmati Danau Biru yang membutuhkan waktu sekitar 1 jam perjalanan serta Air Terjun 7 tingkat. Nah, saya sendiri bersama rekan-Bu Heni, Mba Milda dan mahasiswa, pernah mengunjungi Air terjun tersebut bersama rekan-rekan pokdarwis yang ada di desa tersebut. Pengalaman berkunjung ke sana menjadi kenangan yang sulit dilupakan. 


Beristirahat Sejenak Bersama Rombongan 

 Bersama Menyusuri Sungai dan Hutan

Salah satu Aliran Air Sungai Menuju Ke Air Terjun

Pasalnya, untuk menuju ke air terjun, kita membutuhkan waktu kurang lebih 1,5 jam dengan bejalan kaki untuk sampai ke lokasi. Perjalanan ke Air terjun 7 tingkat menyimpan berbagai cerita menarik. Kami harus melewati pematang sawah, mendaki bukit yang tanahnya memang sedikit licin lantaran sisa hujan pada hari sebelumnya. Tak lupa pula menyusuri hutan dan sungai. Beberapa kali kami berhenti lantaran mengambil berbagai spot menarik hingga sekadar untuk istrirahat singkat. Keseruan yang dibangun selama perjalanan, celetukan-celetukan menarik, cerita gado-gado menjadi pelengkap kisah perjalanan kami menuju ke air terjun 7 tingkat tersebut. Tak terasa, dari kejauhan suara air terjun terdengar riuh. Rombongan yang telah sampai lebih dulu sudah asyik menikmati nasi bungkus yang sengaja kami bawa dari Balai Desa. Hal ini lantaran belum ada pedagang yang berjualan di area tersebut. 

Berkunjung Ke Air Terjun 7 Tingkat
Bersama Pokdarwis


Perlu diketahui, air terjun yang kami kunjungi adalah air terjun tingkat pertama, hehe. Bila ingin menikmati tingkatan berikutnya, maka pengunjung boleh mendaki lebih tinggi lagi. Nantinya selain akan mendapati air terjun, maka akan ada sumber air panas yang bisa dilihat dan dirasakan secara langsung oleh pengunjung. Pada tingkatan pertama, kami juga sudah mendapati ada sumber air panas, yang memang tidak begitu besar kolamnya. Setelah puas berada di air terjun, kami pun memutuskan untuk pulang. Perjalanan pulang yang ditempuh sedikit berbeda dari rute pergi, meskipun tetap ada sungai dan bukit yang harus di daki. Ada hal yang berbeda yang terjadi ketika menempuh jalan pulang, kami meminta bantuan dari pokdarwis menggunakan sepeda motor khusus yang ban motornya sudah diberi rantai agar tidak tergelincir saat melewati tanah becek. Kami meminta agar dapat diantarkan untuk kembali menuju lokasi awal berangkat karena saat itu sudah sore serta kondisi fisik salah seorang sudah terlihat begitu letih.  Karena baju yang melekat di badan sudah cukup kotor, sesampainya di di desa, kami numpang beres-beres di rumah Tari yang merupakan anggota pokdarwis. 
Secara pribadi, perjalanan kali ini memang terasa menyenangkan lantaran menawarkan pengalaman menarik yang penuh dirasakan sebelumnya. Bila kalian ingin mendapatkan sensasi yang sama, maka berkunjung ke Desa Surau ini bisa jadi salah satu pilihan. Termasuk ketika berjalan menuju air terjun 7 tingkat.  Selain air terjun, kita juga dapat berkunjung ke Danau Biru, yang memerlukan waktu tempuh kurang lebih 1 jam perjalanan kaki. 


Tradisi Belarak Pengantin di Desa Surau

Tak lupa, jika kunjungan bertepatan dengan acara pernikahan, maka kita bisa secara langsung melihat tradisi Belarak yang merupakan aktivitas mengarak pengantin diiringi dengan rebana dan shalawatan. Tak lupa dipadu dengan tarian pencak silat yang dimainkan oleh warga, mulai dari anak kecil hingga dewasa. Bila ada waktu luang, tak ada salahnya menikmati hari dengan berkunjung ke Desa Surau, Bengkulu Tengah ya!. 

Untuk informasi lebih lanjut bisa langung kontak pokdarwisnya berikut : 
Sirwan (+62 853-6804-1535) dan Tari (+62 831-7273-5152) serta kalian dapat berkunjung ke website https://www.desasurau.com/









Tidak ada komentar

Terimakasih telah berkunjung Ke Blog Saya, rekan-rekan yang budiman (^_^)