Festival Tabot : Perayaan Tradisi Menyambut Muharam di Bengkulu

sumber : Turisian.com

Salah satu tradisi yang terkenal di Bengkulu ialah Tabot. Tradisi ini senantiasa dilakukan setiap tanggal 1-10 Muharam. Hingga kemudian, tradisi ini masuk sebagai event perayaan dalam kalender kepariwisataan Bengkulu. Sebagai perayaan yang telah diwariskan secara turun temurun, tradisi ini telah mengalami berbagai proses akulturasi budaya. Akulturasi didefinisikan sebagai adanya perpaduan budaya asal dengan budaya lokal tanpa menghilangkan masing-masing unsur budaya. Bila menapak tilas sejarah, tradisi ini merupakan simbol kepahlawanan cucu dari Nabi Muhammad Saw yang bernama Hasan dan Husein yang wafat dalam suatu peperangan di gurun Karbala, Irak. Dalam sejarah tertulis bahwa tradisi ini telah dibawa sejak lama oleh para tukang yang didatangkan oleh Inggris dari Madras dan Benggali  di bagian selatan India, hingga kemudian tradisi ini diwariskan kepada anak cucu mereka yang kemudian mengalami asimilasi dengan orang Bengkulu. Lantas, warga yang telah mengalami asimilasi tersebut dikenal dengan sebutan orang Sipai. Tradisi tabot sebagai perayaan peringatan kematian Hasan dan Husein lantas setiap tahun diperingati hingga saat ini. 

Pada awalnya tradisi ini mengalami benturan pemahaman, bagi sebagian masyarakat tradisi ini dianggap mengarah para perbuatan syirik. Namun, secara berangsur, pemahaman tersebut hilang seiring dengan adanya proses akulturasi yang cenderung mengarah pada budaya. Menurut Zubaedi (2008) tradisi tabot lantas mengalami revitalisasi, dimana pada prosesnya mengalami indegenisasi (pribumisasi) atau metamorfose budaya. Semula tabot digelar sebagai upaya melaksanakan ajaran syiah, namun kemudian seiring berkembang waktu berubah  menjadi apa yang disebut dengan praktik syiah kultural . Oleh Zubaedi (2008) syi'isme dalam konteks ini bukan lagi dianggap sebagai paham dan ideologi melainkan lebih mengarah pada ornamen budaya. 

Baca Juga : Spesial Festival Tabut Bengkulu 2023 : Dari Pedagang UMKM Sampai Ke Kunjungan Presiden RI

Sebagai tradisi, tabot sendiri sebenarnya telah memberikan dampak dan kontribusi pada penciptaan kerukunan intern umat beragama maupun kerukunan antar umat beragama. Melalui perayaan tradisi ini, kerukunan tidak sekadar antar etnis melainkan lintas etnis, dimana pada perayaannya juga menampilkan tradisi  barongsai yang merupakan tradisi khas dari etnis tionghoa. Secara sosiologis, tabot telah menjadi sarana dalam membentuk kohesi, solidaritas hingga harmonisasi sosial. Keberadaan tabot telah menjadi semacam gambaran bahwa tradisi telah memecah sekat-sekat rasial karena dengan keberadaan tradisi yang dilangsungkan secara kolektif, dapat menjadi sajian pertunjukan di segala segmen. Saat ini, penyelenggaraan tradisi dan rangkaian pertunjukan festival Tabot berpusat di Lapangan Merdeka, Kampung. Pada rentang waktu 1-10 muharam, para pengunjung yang hadir dapat juga menikmati  berbagai pertunjukan yang telah dikemas sedemikian rupa oleh Dinas Pariwisata Provinsi serta berbagai pihak. Tak lupa pula yang gemar berbelanja, dapat mengisi waktu untuk sekadar  melihat berbagai stand yang ada. Hal ini karena para pengunjung akan mendapati berbagai stand yang berjejer rapi dengan beraneka produk jualan, seperti pakaian, perabotan rumah tangga, aksesoris serta berbagai jenis makanan.  Bagi yang mengajak anak-anak, maka tersedia berbagai wahana permainan anak seperti odong-odong, ayunan putar dan sebagainya.

Salah satu sudut makanan yang ada di stand Festival Tabot, 2023

Berbagai stand di Festival Tabot, 2023

Wahana permainan anak di Festival Tabot

Pada malam puncak, para pengunjung dapat menikmati acara "tabot besanding', dimana seluruh kreasi bangunan tabot yang telah dibuat disusun berdampingan. Berbagai jenis tabot tersebut disandingkan sebelum akhirnya di arak untuk menjalani proses Arak Gedang "Tabut Terbuang" ke tempat pembuangan tabot di Karbela, yang letaknya di Sawah Lebar, Kota Bengkulu.


Sumber : Zubaedi.2008. Revitalisasi Tabot Untuk Membangun Kerukunan Umat Beragama Di Bengkulu. Jurnal HARMONI,  Vol VII, halaman 46-64





5 komentar

  1. rame nian tabot tahun ini kak. ado Bapak Jokowi jugooo . .

    BalasHapus
  2. Sampai ketemu di festival tabut 2024 lagi...

    BalasHapus
  3. Kalo aku mah perhatian ama sampah yang dihasilkan dari festival ini, kita sebagai pengunjung harus lebih ngel lagi dengan kebersihan dan budaya buang sampah pada tempatnya harus TOP. Barakallah

    BalasHapus
  4. paling suka lihat tabot dipajang ya kak kaya unik unik begitu ya kan, dan sangat spesial juga lho tahun ini ada Pak De duh senangnya masyarakat Bengkulu.

    BalasHapus
  5. Aku belum pernah ngikuti prosesi tabut tebuang. Nggak tahan berdesak-desakan. Karena ramenye saat Tabut tebuang luar biasa. Jadi lebih milih datang di pertengahan tabot aja. Karena tingkat keramaiannya walau sempit, nggak macet-macet amat. Hehe

    BalasHapus

Terimakasih telah berkunjung Ke Blog Saya, rekan-rekan yang budiman (^_^)