Mading Dharmawanita BPKP Bengkulu
Mendengar kata mading, kira-kira apa yang akan terlintas dalam benak kalian semua?
Mading merupakan singkatan dari majalah dinding. Bila kalian masuk ke era generasi y yang lahir pada periode 1980-1995 serta generasi z yang lahir antara 1995-2010, maka istilah mading tentu saja tidak asing di telinga. Saya ingat betul bahwa saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, guru bahasa Indonesia kerap memberikan tugas membuat majalah dinding secara berkelompok dengan berbagai tema yang dapat ditentukan, seperti : kesehatan, pendidikan, sosial, budaya dan lainnya. Tak jarang, saat itu saya dan teman-teman juga seringkali harus bekerjasama untuk membuat mading lantaran banyak hal yang harus dipersiapkan, mulai dari artikel yang akan ditempel hingga pernak-pernik agar membuat mading terlihat menarik. Moment 17 agustusan pun seringkali dipakai oleh sekolah dalam menyelenggarakan perlombaan mading. Hingga kemudian, seluruh mading yang ikut lomba akan dinilai serta mendapatkan hadiah.
Namun,
seiring dengan berkembangnya teknologi, tak pelak lagi membuat majalah dinding seolah
telah menjadi sesuatu yang agak langka ditemukan saat ini. Semua hal telah beralih
ke dalam versi digital. Informasi begitu mudah diperoleh hanya dengan
mengetikkan kata kunci di mesin pencari. Orang mudah berselancar di dunia maya hingga
dengan hitungan detik dan menit semuanya dapat ditemukan dengan mudah dan
cepat.
Sejenak
bernostalgia, pada dasarnya, selain sebagai media informasin majalah dinding
sejatinya telah memberikan banyak
pelajaran dan nilai. Lantas apa
sebenarnya faedah dari pembuatan majalah dinding tersebut. Yuk, kita coba simak
ulasannya !
sumber : woocara.blogspot.com
Berbagai informasi yang disajikan di mading, tentu saja tidak lepas dari peranan para anggota kelompok. Masing-masing anggota kelompok tentu saja akan mencari informasi yang sesuai dan relevan dengan tema yang telah disepakati bersama. Oleh karena itu, diperlukan strategi jitu dalam memilah dan memilih tulisan yang akan disajikan agar tulisan dapat bermanfaat bagi khalayak ramai. Disamping itu, ruang yang terbatas telah menuntut para anggota agar dapat menyajikan informasi yang singkat, padat dan tepat sasaran.
Sumber : alghuroba.org
Tidak
dipungkiri bahwa ketika para anggota dalam satu kelompok bertemu, maka ruang
diskusi akan muncul. Para anggota dapat saja saling memberikan ide dan gagasan
yang menarik untuk tema, tulisan dan hiasan dari mading itu sendiri. Sehingga
mading yang tersaji tentu menjadi satu kesatuan utuh yang muncul berdasarkan
kesepakatan bersama.
Kreativas
merupakan hal penting dalam kehidupan. Dengan adanya kreativitas maka membuat
hidup menjadi lebih hidup. Heheh. Ketika membuat mading, kreativitas tentu saja
menjadi hal penting. Mengapa? Karena di dalamnya, kita dituntut untuk
menyajikan artikel yang baik, menghias
mading dengan berbagai pola, bentuk, warna yang menarik. Sehingga mading
terlihat ciamik dan eye catching. Tidak hanya untuk dilihat, namun juga
untuk dibaca.
sumber : kompasiana.com
Menggunting,
menempel, mewarnai dan membuat pola. Semuanya merupakan pekerjaan yang akan
muncul ketika seseorang membuat mading. Sebaiknya, jangan membebani tugas hanya
kepada orang-orang tertentu saja. Oleh karenanya, keberadaan anggota kelompok
menjadi penting. Tujuannya agar mading dapat diselesaikan dengan cepat, baik dan tepat waktu. Kerjasama menjadi kunci
penting dalam hal ini. Bila anggota kelompok dapat menumbuhkan kerjasama dengan
baik. Maka dapat dipastikan bahwa mading yang dihasilkan pun juga berkategori
baik.
Nah, untuk bernostalgia dengan masa lalu, maka kali ini Dharmawanita BPKP Bengkulu berupaya menghidupkan kembali tradisi Mading. Mading yang dirilis merupakan gagasan bersama antara ketua dharmawanita dan ibu-ibu anggota DW lainnya. Sebagai masa percobaan, pada bulan oktober 2020 lalu, terlebih dahulu DW mencoba membentuk mading secara sederhana. Bersyukurnya, antusias para ibu-ibu DW dalam kegiatan perdana tersebut cukup besar. Ke depan, kegiatan ini menjadi salah satu program yang masuk ke proker divisi pendidikan. Perlu diketahui, bahwa dalam struktur kepengurusan DW BPKP Bengkulu, divisi terbagi menjadi 3, yakni : divisi ekonomi, divisi pendidikan dan divisi sosial budaya.
Mading DW dengan Tema KemerdekaanOleh para ibu DW, mading pun diberi nama dengan istilah POJOK DW. Posisi mading dibuat berada di jalur perlintasan agar dapat dibaca sembari orang melintas. Agar semua bidang dalam struktur kepengurusan dapat berkontribusi, maka divisi pendidikan telah membagi agar tiap bulan, setiap divisi dapat berkontribusi secara bergantian dalam menyumbang artikel. Artikel yang disajikan pun cukup sederhana serta dapat dikatakan relevan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya: parenting, pendidikan, kesehatan, kuliner, tips memasak dan beragam informasi yang sesuai dengan tema bulanan. Agar terlihat menarik, mading pun dihias dengan menggunakan ornamen yang berasal dari kertas origami yang berwarna-warni atapun hiasan lainnya yang menarik. Tidak hanya itu, keberadaan mading pun menjadi salah satu sarana informasi mengenai arisan DW BPKP yang rutin dilakukan setiap bulan.
Dibalik Layar Mading DW BPKP BengkuluSelain sebagai media informasi, keberadaan mading DW ini menjadi salah satu upaya dalam memberikan ruang kreativitas bagi para ibu-ibu DW untuk berkreasi. Umumnya, update informasi dilakukan setiap bulan, baik diawal ataupun dipertengahan minggu. Bila hendak mengupdate mading, bidang pendidikan akan memberikan informasi di grup pengurus. Tujuannya, agar ibu-ibu DW lainnya dapat juga turut serta dan bekerjasama dalam mengganti mading secara bulanan. Keseruan jelas terlihat bila para ibu-ibu DW sudah bekerja sesuai dengan amanah masing-masing. Tak lupa pula, selama pandemik, kegiatan mengupdate mading dilakukan dengan tetap memperhatikan protocol kesehatan loh, yakni mencuci tangan setelah beraktivitas, menjaga jarak dan senantiasa menggunakan masker dalam setiap kesempatan.
Wah setuju sekali kalau Mading di taru di perlintasan, selain menjadi objek perhatian siapapun yang lewat bisa jadi tidak Mading fungsinya sebagai penghias dinding kak, keren DW
BalasHapusBerusaha keren dan eksis tuh Pak Efri. Hehehe
HapusMading yang tidak pernah mati ditelan zaman
BalasHapusSebenarnya Kalau sekarang sih orang lebih banyak minat ke medsos ya dek.
HapusMembahas soal mading ke ingat waktu sma di pondok sering banget ngadain lomba buat mading hehe. Dan di bangku kuliah skrg juga masih di suruh buat mading di ruangan prodi, setiap bulan ganti persemester biar ada hiasan dalam ruangan prodi. Terus mading berisi kebanyakan kaligrafi atau karya2 dari mahasiswa hehe.
BalasHapusAlhamdulilah masih bisa terus kreatif ya mba
HapusAku mengalami dan bener-bener menikmati setiap ada tugas membuat mading baik waktu sekolah, kuliah sampai sekarang masih sering membuat mading....Di rumah juga ada mading sebagai ajang kreatifitas anak-anak. tapi sayang sudah lama gak up date hee...
BalasHapustulisannya bener-bener penting nih untuk di baca banyak orang.
Ibu bener-bener guru sejati, naluriah ya untuk terus kreatif
HapusWah, jadi ingat masa-masa SMA. Dulu saya anggota ekskul mading, sering bikin cerpen dan puisi untuk ngisi mading...
BalasHapusSekarang dituangkannya lewat blog ya Mbak
HapusJadi inget jaman SMP SMA suka nian lah ngisi2 mading ... 😁
BalasHapusDulu kita begitu, SMA sekarang gitu juga ga ya?
HapusMading memang sangat dibutuhkan mbak. Salah satu media menyebarkan informasi penting kan bisa disana..apalagi kalo di universitas.. meskipun skrg orang - orang lebih banyak menyebarkan informasi di media sosial, tetapi mading tetap saja mading diperlukan
BalasHapusBisa juga dek. Soalnya mahasiswa sambil nunggu dosen sekalian biar lihat mading dak.
HapusMading memang sangat dibutuhkan mbak. Salah satu media menyebarkan informasi penting kan bisa disana..apalagi kalo di universitas.. meskipun skrg orang - orang lebih banyak menyebarkan informasi di media sosial, tetapi mading tetap saja mading diperlukan
BalasHapusJadi inget zaman sekolah dulu, mbak. Aku termasuk tim mading. Seneng deh nulis puisi-puisi atau cerita pendek, terus dimuat di mading sekolah. Bangga
BalasHapusSekarang nulisnya melalui blog ya dek.
Hapusaaa jadi inget jaman SMA sama kuliah, bikin mading bagus-bagusan. bukan cuman info aja yg ditempel sih, tapi lebih ke kreatifitas kita yg bikin. huft jadi pengen bikin mading lagi, tapi ditempel dimana wwkwk
BalasHapusIya dek, masa SMA yang berkesan ya
HapusAku jadi ingat masa2 sma ni johna suka ikut lomba mading
BalasHapusSseru banget deh
Ternyata sekarang masih ada ya yang melestarikannya
Mading DW sebenarnya bikin biar lebih eksis aja yak
HapusDulu aku juga suka sekali baca mading mbak. Ngisi mading juga sesekali waktu zaman sekolahan. Paling suka baca puisi atau pantunnya. Hehe
BalasHapusSekarang sukanya blogwalking ya dek. hehehe
HapusIngat mading jadi bernostagia ke masa sekolah. Kreatif ya Darma Wanita nya menggalakkan mading dengan POJOK DW,semoga tetap semangat selalu.
BalasHapusAamiin Pak, semoga semangat selalu
HapusWah aku jadi ingat dulu thu zaman SMA ikut ekskul mading. hahaha.. kalau dulu entah kenapa kok asik ya baca mading, seru deh tiap minggu tuh baca mading dari tiap kelas. kalau anak sekarang kayaknya lebih suka baca medsos ya...
BalasHapusIya mbak, medsos itu praktis, dimanapun dan kapanpun, kita bisa membacanya
Hapusaku dlu srg bgt ikut lomba mading Mbk. Dan salah satu kelompok persahabatanku yg eksis hingga saat ini dr tahun 2009 itu jg karena lomba mading. Seru bikin mading itu. ☺
BalasHapusSetuju dek, seru seru gimana gitu ya
HapusBanyaknya manfaat mading berasa banget sewaktu aku SMA. Waktu itu ada kewajiban buat mading setiap bulan per kelompok belajar. Seru.
BalasHapusMasih inget aja ya dek kalau dulu guru sering minta buat mading
Hapusso miss everything about mading, for long time not see real mading, ever see at video in social media. our teenage be like read and using smartphone now, hehehe
BalasHapusIya mbak, perubahan sosial adalah keniscayaan.
Hapus