Informasi itu kuperoleh setelah membaca beberapa artikel menarik tentang penyu. Membaca artikel ini sebenarnya didasari karena kunjunganku ke konservasi penyu alun utara. Berawal dari ajakan salah seorang senior ku (Bu Hanum) untuk melihat langsung lokasi penakaran penyu, ketika diajak, sontak aku pun mengangguk setuju.
Bersama dengan dua orang rekan kerja lainnya kami menggunakan mobil yang langsung dikendarai oleh Bu Hanum menuju ke kawasan konservasi penyu yang berada di Desa Pekik Nyaring, Bengkulu Tengah. Setelah berkendara sekitar sekitar 15 menit dari lokasi kantor, kamipun tiba dan langsung memarkir kendaraan di sudut kiri jalan. Bu hanum pun sempat meminta izin kepada pemilik rumah untuk dapat memarkir mobilnya di halaman rumah miliknya. Aku sempat heran, karena beberapa kali sering melewati jalan utama tersebut. Namun tidak tahu ada lokasi konservasi tersebut. Barulah setelah mengamati dengan cermat, terpasang papan nama berukurang sedang dengan tulisan yang agak sedikit kabur sebagai penanda lokasi konservasi penyu alun utara yang berada di sekitar kawasan tersebut.
Lokasi parkir kami terletak di pinggir jalan utama. Sempat celingak celinguk untuk cari tahu lokasi. “Tak ada apa-apa,” aku sempat membatin begitu.
Rupanya, untuk menuju lokasi, kami harus menyusuri jalan setapak yang terletak tak jauh dari lokasi parkir kami. Menariknya, selama menuju lokasi konservasi, di sisi kanan dan kiri jalan, kami melihat langsung tempat penjemuran ikan yang lokasinya berada tidak jauh dari rumah penduduk. Lokasi konservasi letaknya tak jauh dari lokasi parkir , dengan berjalan sekitar 5 -10 menit kitapun akan tiba di lokasi konservasi.
Kesan pertama yang tampak dari lokasi konservasi ialah rasa teduh. Hal ini karena bangunan dilindungi oleh pohon cemara yang tumbuh disekitar lokasi. Ketika tiba, kita akan disambut oleh patung dua ekor penyu yang terletak di pintu masuk lokasi konservasi. Bangunan konservasi terdiri dari 3 bangunan. Pertama, bangunan untuk konservasi penyu yang cukup usia, dan selanjutnya adalah bangunan untuk penyu atau tukik yang baru menetas dan berukuran kecil. Bangunan terakhir bisa jadi semacam kantor dan tempat pertemuan. Ngomong-ngomong, masyarakat bengkulu pun sering menyebut penyu laut dengan sebutan katung.
Konservasi ini punya kisah unik dan menarik. Pasalnya, orang yang mengawangi lahirnya konservasi ini ialah Pak Zulkarnedi. Lelaki paruh baya yang berprofesi sebagai nelayan ini mendirikan konservasi di tahun 2016 silam. Jangan pikir langsung bagus seperti saat ini, ya. Dulu, ia pun sempat dianggap setengah gila oleh masyarakat sekitar karena melakukan kegiatan pengabdian ini dengan sukarela. Karena ini kegiatan sosial maka semua dilakukan tanpa upah. Usut punya usut, keinginan melestarikan penyu lahir dari rasa bersalahnya di masa kecil yang sering menangkap dan membunuh penyu. Namun semuanya berubah hingga kemudian saat ini visinya ialah ingin melestarikan penyu agar anak cucu nanti masih dapat melihat penyu. Karena penyu menjadi hewan yang terancam punah,lo. Banyak orang yang berburu telur penyu karena disinyalir memiliki khasiat tertentu. Sehingga tak jarang, transaksi jual beli penyu begitu marak terjadi.
![]() |
Pak Zulkarnedi dengan tukik (penyu kecil)/Dokumentasi Pribadi |
Padahal menurut Pak Zulkarnedi, penyu memiliki banyak sekali fungsi dan manfaat dalam menjaga eksositem laut. Disamping itu, keberadaan penyu sendiri dapat menjadi navigasi alami para nelayan dalam menangkap ikan serta sebagai penanda keberadaan daratan. Keberadaan penyu di lautan berindikasi bahwa banyak terdapat ikan. Hal ini tentu saja membantu para nelayan yang hendak menangkap ikan. Selain itu, bila penyu didapati berada di tengah samudera, maka ada indikasi bahwa daratan atau pulau berada tak jauh dari lokasi. Nah, banyak sekali ya manfaat penyu ini.
![]() |
Dokumentasi Pribadi, 2020 |
![]() |
Dokumentasi Pribadi, 2020 |
![]() |
Kolam Tukik/Dokumentasi Pribadi, 2020 |
Mural di Lokasi Konservasi/Dokumentasi Pribadi, 2020
Keberadaan
bangunan konservasi yang berdiri kokoh saat ini pun tidak lepas dari peran
salah satu perusahaan otomotif melalui kegiatan CSR nya. Agar lebih menarik
lagi, bangunan konservasi pun digambar mural penyu dan di cat sehingga bangunan
terlihat lebih menarik. Di dinding kolam penyu yang tersedia, disajikan
gambaran mengenai beberapa spesies penyu yang ada. Tulisannya jelas disertai
dengan gambar spesies penyu-penyu tersebut.
![]() |
Kolam Penyu/Dokumentasi Pribadi, 2020 |
Ketika berkunjung ke lokasi, banyak penjelasan menarik lainnya yang disampaikan oleh pak Zurkarnedi. Setidaknya pengetahuanku tentang dunia penyu meningkat setelah sebelumnya hanya tahu bahwa penyu adalah hewan yang terancam punah. Menariknya, konservasi ini pun dapat menjadi wisata edukasi pilihan, terutama bila ingin mengenalkan hewan penyu, termasuk kepada anak-anak. Sekitar 30 menit lebih aku dan beberapa dosen habiskan untuk melihat situasi konseverasi serta mencari tahu sedikit banyak hal terkait penyu yang ada di lokasi konservasi. Hingga tiba pula kami berpamitan, tentu saja kami tak lupa untuk mendokumentasikan foto bersama.
![]() |
Berfoto Bersama/Dokumentasi Pribadi, 2020 |
Selang beberapa waktu setelah kunjunganku sebelumnya, aku mengajak suami dan anakku untuk melihat konservasi penyu alun utara secara langsung. Tujuannay selain rekreasi, ada nilai edukasi yang bisa disisipkan dalam perjalanan yang dilakukan.
![]() |
Arkana melihat Penyu/ Dokumentasi Pribadi, 2020 |
Berarti kalo dah agak besar dilepas ke lautan ya, mbak? Pengenlah nanti main ke sana liat penyu.
BalasHapusMasyaAllah mulia sekali ya yg dilakukan Pak Zulkarnedi ini, sangat jarang sekali org yg bekerja sukarela seperti ini. Makasih ya Mbk pengetahuannya, aku bru tahu kalo penyu ini bisa jd navigasi alamani bagi nelayan. ☺
BalasHapusWa menarik banget mba lihat konservasi penyu. Aku terakhir lihat konservasi penyu tuh pas masih tugas di Kaur. Kalo ga sala tahun 2016an. Udah lama banget xD
BalasHapusWah baru tau kalau di bengkulu udah ada tempat konservasi penyu juga. Mana ga jauh ya, di Bengkulu utara. Bagus nih untuk sarana edukasi.
BalasHapusOhw ternyata ada tempat beginian ya di Bengkulu
BalasHapusArkana pasti seneng banget ni jon liat penyu2 kecil itu ya
BalasHapusJadi pengen ajak anak2 juga kesana
Seru ya mbak. Menyenangkan sekali bisa melihat penyu. Jangan sampai penyu punah karena banyak yang memburunya. Apalagi telurnya ini sangat diminati.
BalasHapusJadi ingat konservasi penyu di daerah kami ni mbak. Di desa retak ilir, Kec. Ipuh, Mukomuko. Ntah bagaimana sekarang. Moga aja programnya masih tetap berjalan.
BalasHapusmaulah ngajak anak-anak ke sini, karena naak-anak suka dengan penyu ini. biar bisa buat eduaksi juga
BalasHapus