Digital Parenting : Upaya Mendidik Anak Zaman Now




Media Memenuhi Kebutuhan Dasar Manusia (Yalda T.Uls, 2016:127)

Kalau dipikir, ungkapan yang digunakan Yalda dalam bukunya “Media Moms and Digital Dads” memang benar adanya. Kita perlu mengakui bahwa kecanggihan teknologi telah melahirkan peradaban yang hampir keseluruhan aspeknya bernuansa digital. Kecanggihan teknologi telah melahirkan internet yang telah memberikan pengaruh dan perubahan besar dalam kehidupan manusia. Pun begitu halnya dengan lahirnya smartphone yang seolah menjadi asisten dalam keseharian. Percaya ga percaya, hidup di masa kini, semua kemudahan bisa terjadi dengan adanya media online yang serba digital. Mau ini, tinggal klik, mau itu juga tinggal klik. Gak perlu pusing dan repot bukan. Kalau mau kilas balik, beda jauh banget sama zaman dulu.  
Namun, kita perlu menyadari bahwa perubahan besar tersebut jelas berpengaruh terhadap sikap dan mentalitas kita. Apalagi saat ini, digitaliasi sudah merambah ke semua lini kehidupan. Dampak positif dan negatif pastinya dirasakan. Berbagai kemudahan dan fitur positif pun jumlahnya jutaan untuk bisa dimanfaatkan. Tapi tidak sedikit juga konten negatif yang dapat menjerumuskan pikiran dan sikap generasi bangsa. Galau memang. 

Nah, bagi mama muda sepertiku, hidup di era kekinian yang melahirkan anak  generasi Alpha atau yang populer dengan sebutan Generasi Digital Native (anak yang hidup di era digital)-memang akan berhadapan dengan tantangan. Pola pengasuhan jelas bergeser dari pola lama. Kalau dulu nih anak-anak bisa sering diingatkan karena main kelamaan diluar rumah sama teman-temannya. Baik untuk main petak umpet, gobak sodor, lompat tali dan lain-lain. Eh, kalau sekarang, justru anak diminta untuk bisa berbaur dengan teman-temannya di luar rumah. Lantaran menjadi generasi menunduk yang cenderung lebih  asyik menikmati gawainya sendiri. 
pixabay.com
Melihat fenomena yang terjadi, perubahan yang demikian memang tidak bisa disalahkan. Justru yang menarik ialah pola pengasuhan pada anak mau tidak mau harus mengalami perubahan. Standar pengasuhan gaya lama tidak bisa lagi diterapkan. Apalagi apatis terhadap realitas dan perubahan yang super cepat ini. Sehingga jadi orang tua kudu update pengetahuan kekinian. Istilahnya agar tidak Kudet (Kurang Update). Oleh karena itu, bagiku mencari tahu soal media dan anak menjadi hal penting untuk dipelajari. Perlu ilmu serta tidak sembarangan. Sehingga  bisa menjadi digital parenting yang responsif terhadap perubahan. Terinspirasi dari literatur yang kubaca maka ada beberapa tips menarik yang kita-selaku orang tua dapat lakukan :

Pertama, Secara pribadi mempelajari Perilaku Internet “Kita”
Saat ini smartphone sudah masuk list kebutuhan pokok selain : sandang, pangan dan papan. Mau bukti? Coba deh, kalau smartphonenya hilang, rusak atau ketinggalan. Bisa heboh nih jagat raya. Kita berasa ada yang hampa. Hehehe. Duduk pegang smartphone, makan pegang smartphone, mau tidur pun megang smartphone. Istilahnya tiada waktu tanpa pegang Smartphone. Nah, apakah perilaku kita demikian? Jawab sendiri. Nah sekarang, coba lihat, bagaimana dengan anak kita? Jangan salah, anak kita memperhatikan kita loh ya. Perilaku yang kita lakukan bisa dicontoh oleh mereka. Perilaku anak itu cermin dari orang tuanya. Karena kita adalah role model mereka.
Ada loh riset yang menjelaskan bahwa pola penggunaan media para orang tua punya hubungan erat dengan perilaku penggunaan media pada anak. Jadi sebaiknya, kenali dulu perilaku berinternet kita, apakah sudah benar? Apakah kita sudah bijak dalam menggunakan smartphone. Ketika bermain dengan anak upayakan tidak beralih pada smartphone bila tidak ada urusan yang urgent. Manfaatkan waktu bermain dan berinteraksi dengan anak. Waktu malam saat anak tertidur, bisa menjadi alternatif untuk membuka smartphone secara leluasa. Ini sudah kubuktikan sendiri. Hehe.

Kedua, Mengalokasikan Waktu Untuk Berinternet Ria Bersama Anak
Lantas kalau anak sudah tahu dengan gawai dan internet. Tidak berarti kita harus menutup diri terhadapnya. Justru memperkenalkan gawai kepada mereka memang perlu. Disaat usia mereka sudah dikategorikan cukup umur (kisaran 12-14 tahun) untuk mengenal gawai lebih jauh. Serta mengalokasikan waktu secara proporsional untuk berinternet ria bersama. Memberi tahu anak tentang fungsi, manfaat serta dampak gawai itu sendiri. Disaat tersebut, orang tua dapat mendidik sekaligus mendampingi secara langsung. Mengalokasikan waktu ini dilakukan sebagai upaya memperkenalkan bahwa gawai merupakan wujud teknologi yang dapat bermanfaat bagi manusia. Bahkan bisa jadi boomerang yang menakutkan.

Ketiga, Senantiasa menanamkan Tentang Berinternet Yang Baik dan Cerdas
Berselancar di dunia maya menjadi rutinitas bagi manusia modern saat ini. Janganlah jemu untuk menanamkan mengenai cara berinternet yang baik dan cerdas kepada anak. Selipkan penanaman nilai tersebut di berbagai kesempatan. Misalnya pada saat anak memegan gawai, saat berkumpul bersama, menjelang tidur dan lain sebagainya. Gunakan kata-kata yang baik ketika berinteraksi dengan anak. Selain sebagai nasihat untuk anak secara tidak langsung tindakan tersebut menjadi sarana refleksi bagi diri kita sendiri. 

Keempat, Berpikir Positif dengan Menjadi Sahabat Keluarga
Rutinitas harian yang begitu padat memang menyita banyak waktu dan tenaga. Sehingga terkadang waktu dengan anak hanyalah waktu sisa. Namun, satu hal yang perlu menjadi prinsip ialah bagaimana memposisikan diri kita sebagai sahabat keluarga khususnya anak. Kita perlu menjadi pendengar. Fase tumbuh kembang anak memerlukan orang tua sebagai model mereka. Disinilah fungsi orang tua dalam pendidikan diharapkan berjalan sebagaimana mestinya. Tanyakan kepada anak mengenai pengalamannya menggunakan gawai, aplikasi terbaru yang ia download serta berbagai hal tentang dunia digital yang ia rasakan. Sehingga anak merasa mendapatkan perhatian, dan secara tidak langsung kita jadi tahu mengenai aktivitasnya. Kepoin anak itu penting loh ya. 

Kelima, Senantiasa Menjadi Orang Tua Yang Up  To Date
Tidak dipungkiri bahwa di era digital saat ini, orang tua dituntut untuk terampil dalam memperoleh informasi. Update pengetahuan dapat dilakukan dengan banyak hal. Misalnya mengakses informasi dari internet, berkumpul dalam komunitas moms. Sehingga memperoleh wawasan mengenai pengasuhan anak zaman now

Keenam, Menciptakan Suasana Belajar Nyata Untuk Menumbuhkan Empati
Melakukan perjalanan ke tempat wisata bersama anak bisa dilakukan sembari mengasah empati pada anak. Pola pengasuhan demikian dapat dilakukan pada saat liburan di akhir pekan. Ketika berkunjung ke lokasi-lokasi bersejarah, wisata alam, bahkan ke lokasi-lokasi perkampungan maupun mall dapat menjadi ruang dalam mengasah empati pada anak. Karena anak melihat secara langsung realitas yang ada. Dari realitas tersebut, kita dapat menstimulasi kepekaan sosial pada anak. Karena tatap muka secara langsung, menjadi sarana dalam membangun komunikasi yang lebih intensif.

Nah, semoga beberapa hal diatas dapat bermanfaat bagi kita-para orang tua dalam mendidik anak di era digital. 

#sahabatkeluarga



Tidak ada komentar

Terimakasih telah berkunjung Ke Blog Saya, rekan-rekan yang budiman (^_^)