Berkunjung Ke JESIPEN : Wisata Kebun Jeruk di Bengkulu Tengah


Pemandangan dari Lokasi Wisata JESIPEN
Dokumentasi Pribadi, 2020

Berkunjung ke lokasi Jeruk Siam Peking Nyaring beberapa hari lalu merupakan kunjungannku ketiga kalinya. Setelah sebelumnya, Bu Hanum (Salah seorang rekan seniorku) memberitahukan lokasi kebun ini kepadaku, Bu Tatik serta Bu Heni, beberapa bulan silam. Di saat pemerintah telah mengumumkan fase adaptasi kebiaasaan baru bagi masyarakat atau yang sering dikenal dengan istilah new normal. Itulah kali pertama kunjunganku ke lokasi tersebut. Lokasi tersebut cukup familir dikenal dengan sebutan Jeruk Siam Pekik Nyaring atau disingkat JESIPEN. Lokasi Kebun tersebut dirancang menjadi lokasi alternatif wisata baru di Kecamatan Pekik Nyaring, Bengkulu Tengah. Lokasi ini memang cukup gencar disosialisasikan sehingga cukup banyak juga orang yang berkunjung ke lokasi tersebut untuk melihat secara langsung dan membeli jeruk siam disana.

 

Setelah kunjunganku yang pertama, aku pun mengajak suami dan anakku untuk menikmati secara langsung kebun jeruk tersebut. Ketika di awal diajak oleh dosen seniorku ke sana, aku cukup excited dan penasaran. Mengapa? Lokasi kebun jeruk ini berada cukup jauh dari jalan raya utama, untuk menuju kesana, kita akan masuk ke sebuah gang besar yang berada di tepi jalan raya utama, kemudian kita akan melewati area persawahan dan perkebunan penduduk. Perlu diketahui, memang ada beberapa alternatif rute jalan menuju lokasi tersebut. Meski demikian, ketika sampai, kita akan disuguhi pemandangan kebun jeruk yang hijau dan yang cukup menyegarkan mata.

 

Berpose bersama di Kebun Jeruk
Dokumentasi Pribadi, 2020

Bu Tatik berpose di salah satu tanaman Jeruk
Dokumentasi Pribadi, 2020

Jeruk Siam Yang Tumbuh Di Pohon
Dokumentasi Pribadi, 2020


Kebun jeruk tersebut merupakan milik Pak Zulfahmi, atas ide dan dukungan dari kepada desa Sri Kuncoro maka lokasi tersebut secara bertahap akan dikembangkan. Lokasi tempat tinggal Pak Zul yang merupakan sapaan dari pemilik kebun, berada di lokasi kebun wisata itu sendiri. Jadi memang mudah untuk mengontrol dan merawat tanaman jeruk dan beberapa tanaman lainnya yang ditanam di sekitar lokasi kebun. Disamping itu, Pak Zulpun juga merawat ayam kalkun yang lokasi kandangnya juga tidak jauh dari kebun jeruk. Menariknya, ke depan lokasi kebun dirancang menjadi lokasi wisata baru dengan fasilitas seperti : gazebo, wahana permainan anak serta flying Fox. Namun, untuk mewujudkannya tentu saja dilakukan secara perlahan.

 

Ayam Kalkun yang ada di lokasi kebun jeruk
Dokumentasi Pribadi, 2020

Istirahat sejenak di kediaman Pak Zul
Dokumentasi Pribadi, 2020

Untuk masuk ke lokasi kebun jeruk tersebut, pengunjung tidak akan dikenai biaya alias gratis. Namun, kita akan mendapatkan tawaran untuk membeli jeruk siam yang harganya relatif terjangkau, yakni Rp 15.000 per Kg. Sebagai penikmat jeruk, awalnya aku cukup sanksi melihat kondisi jeruk yang dipetik berwarna hijau. Namun, siapa sangka setelah langsung mencicipi, rasa jeruknya segar dan tidak asam. Hehehe. Ketika kunjungan pertama kami dulu, rombonganku dapat dikatakan memborong cukup banyak jeruk siam petik tersebut. Ohya, di lokasi wisata kebun jeruk ini, kita memang tidak diperkenankan untuk memetik jeruk sendiri, ya teman. Pasalnya, setelah mendapatkan penjelasan dari Mba Ena, selaku istri Pak Zul (Pemilik Kebun), memetik jeruk dari tangkai itu berbeda halnya dengan memetik strawberry. Ada teknik dan alat khusus untuk memetiknya. Ketika memetik kita perlu memperhatikan usia tumbuhnya jeruk. Tapi jangan khawatir, Kita tetap dapat melihat langsung proses petiknya kok.

 

Berbincang sembari mengambil gambar di Kebun Jeruk
Dokumentasi Pribadi, 2020

Nah, selain jeruk sebagai tanaman yang dominan ditanam, lokasi kebun juga ditanami oleh kelengkeng, durian, pisang, jambu Jamaica dan sebagainya. Pada kunjungan kami yang ketiga, beberapa hari lalu, kebetulan jambu Jamaica sedang berbuah lebat. Alhasil, kami masing-masing memborong jambu Jamaica yang rasa buahnya begitu segar. Lagi-lagi, aku sempat sanksi, soalnya ketika beberapa kali membeli jambu Jamaika di pinggir jalan dan pasara, rasanya cukup asem. Namun tidak dengan jambu Jamaica dari kebun Pak Zul. Rupanya, Bu Hanum memberikan tips dalam memilih jambu Jamaica agar dapat menikmati jambu yang segar dan manis. Untuk memilih jambu Jamaica yang manis justru pilihlah jambu Jamaica  yang warnanya kehitam-hitaman. Bukan yang warna merah sebagaimana anggapanku selama ini. Hehe. Nah, satu tips dan pengetahuan baru lagi ku dapatkan pasca kunjungan ke lokasi kebun jeruk tersebut. Menariknya lagi, ketika melakukan kunjungan kesana, kami pun berkesempatan untuk mencicipi langsung buah pisang-yang meskipun kecil dan terlihat belum matang (karena warnaya masih hijau) namun rasanya manis sekali.

 


7 komentar

  1. waah senang sekali bisa berkunjung langsung ke kebun jeruk....jenis jeruk ini mba suka karena banyak airnya bikin fresh menikmatinya.

    BalasHapus
  2. Bawa pulang banyak-banyak jeruknya mbak mumpung lagi di kebunnya. Hehee

    BalasHapus
  3. Enak banget jalan-jalan ke sana, kalau mau beli tinggal metik saja dong...

    BalasHapus
  4. Jadi pengen kesana mbak. Kira kira berapa jam ya mbak dari kota untuk kesana? Terus jalan masuk gang besar dari jalan raya utama itu bagus gak?

    BalasHapus
  5. Wah jeruknya lebat banget. Aku belum pernah ke sini nih Mbak. Jadi pengeeen :))

    BalasHapus
  6. Waduh ga tahan mata ini liat yang fresh-fresh. Bisa jadi destinasi wisata yang baru untuk keluarga nih.

    BalasHapus
  7. Salah fokus sama ayam kalkun hahaha.. dah lama gak liat. Dulu soalnya melihara. Aku udah pernah juga nih ke kebun jeruk tapi yang di Curup. Enak bener jeruk yang dipetik langsung dari pohonnya

    BalasHapus

Terimakasih telah berkunjung Ke Blog Saya, rekan-rekan yang budiman (^_^)